APAKAH ORANG POSO YANG BERAGAMA KRISTEN DI TAHUN 2019 SEKARANG, AKAN TERPENGARUH ORANG LUWU ??!!

Penduduk Asli di Kabupaten Tojo Una-Una dan Kabupaten Poso

TAHUN 1888 ADALAH AWAL GERAKAN MISIONARIS DI SULAWESI BAGIAN TENGAH OLEH ASISTEN RESIDEN MANADO BARON VAN HOEVELL,
Awal gerakan misionaris terjadi pada tahun 1888, Pada periode tersebut, Sulawesi bagian Tengah berada di bawah yurisdiksi Afdeling Gorontalo, yang berpusat di Gorontalo. G. W. W. C. Baron van Höevell, Asisten Residen Gorontalo, Baron van Höevell  khawatir pengaruh Islam yang begitu kuat di Gorontalo akan meluas ke wilayah Sulawesi bagian Tengah—yang saat itu masih belum dimasuki agama samawi, dan penduduknya sebagian besar masih pagan, penganut animisme, dan memeluk agama suku. Baginya, agama Kristen adalah penyangga yang paling efektif melawan pengaruh Islam. Ia menghubungi lembaga misionaris Belanda, Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG), dan meminta mereka untuk menempatkan seorang misionaris di wilayah ini.
Pada tahun 1892, NZG kemudian mengirimkan misionaris bernama Albertus Christiaan Kruyt, yang ditempatkan di Poso, dan menemukan 3 batu yang tersisa yang ternyata bernama Watu mpogaa dibekas sisa Desa Pamona di tepi Danau Poso (Rano Poso/To Rano).  

Suku Bare’e atau bahasa Belandanya BARE’E-STAMMEN (De Bare’e-Sprekende jilid 1 halaman 119) yang pada waktu itu sudah banyak yang beragama Islam yang disebut Belanda dengan nama Mohammadisme, dan sebagian kecil orang poso masih beragama Lamoa (Langit) yang berpenampilan seperti Gelandangan.

Silahkan Download alamat url di bawah mengenai Buku De Bare’e-sprekende Toradja’s van Midden-Celebes jilid 1 dan lihat suku asli di wilayah Grup Poso – Tojo yaitu Suku Bare’e (Bare’e-Stammen) di halaman 119 :
Download buku jilid 1 De Bare’e-sprekende de Toradja in midden Celebes

Suku Bare’e atau bahasa Belandanya BARE’E-STAMMEN (De Bare’e-Sprekende jilid 1 halaman 119) yang pada waktu itu sudah banyak yang beragama Islam yang disebut Belanda dengan nama Mohammadisme, dan sebagian kecil orang poso masih beragama Lamoa (Langit) yang berpenampilan seperti Gelandangan.

Kemudian orang-orang yang berpenampilan seperti Gelandangan tersebut diberinama Alfouren yang kemudian diganti oleh A. C. Kruyt dan Dr. N. Adriani dengan nama Toradja (Toraja),  sementara yang sudah beragama islam masih disebut Bare’e-Stammen, maka penduduk asli atau ALFOUREN di wilayah Poso-Tojo dibagi 2 Kelompok yaitu :

1. Bare’e, atau Suku Bare’e (Bare’e-Stammen) yang beragama Islam (Mohammadisme), dan Suku Bare’e yang masih beragama Lamoa (Bertuhan PueMpalaburu), dan

2. Toraja (Toradja) yang diambil dari Suku Bare’e (Bare’e-Stammen) yang beragama Lamoa, dan Alfouren yang mau ikut Belanda inilah yang disebut Toraja, sehingga bagi pihak Belanda kemudian mengistilahkan “Van Heiden tot Christen”.

Penjelasan :
Suku Bare’e yang beragama Lamoa lebih banyak yang ikut dengan  Suku Bare’e yang beragama islam karena belum terbiasa dengan kebiasaan hidup Belanda yang berkulit putih dan bermata biru.

Dan wilayah Poso dan Todjo kemudian  dinamakan Grup Poso-Tojo, Toraja Poso-Tojo, atau Toraja Timur (Toradja Bare’e) dengan Bahasa Bare’e (Bare’e-Sprekende) sebagai bahasa asli di wilayah tersebut.

KESIMPULAN :
Pamona, To pamona, atau Nto pamona, atau suku pamona, pamona suku palsu dan pamona bukan nama suku, pamona tidak sama dengan Suku Bare’e.


• TORAJA VERSI BUGIS ADALAH TORAJA ATAU TO RIAJA ATAU ORANG YANG TINGGAL DI ATAS.

.

Screenshot_20191228-175810

”SUKU PAMONA BUKAN SUKU BARE’E KARENA TIDAK MUNGKIN SATU SUKU DIKUASAI DUA KERAJAAN, APALAGI SUKU PAMONA BERBAHASA TA’A, TETAPI DI LUWU TIMUR BAHASA TA’A DISEBUT BAHASA BARE’E. !!!! “

Jelle Eeltje Jellesma, pendeta NZG yang pertamakali berkotbah di jawa timur….
APAKAH ORANG POSO YANG BERAGAMA KRISTEN DI TAHUN 2019 SEKARANG, AKAN TERPENGARUH SAMA ORANG LUWU ??!!

.

.

.

.

★ AWAL MULA PERJUANGAN PEJUANG-PEJUANG TANA POSO, TA BATOKI DAN TA RAME MELAWAN BELANDA ★

.

.

.

SUKU PAMONA BUKAN SUKU BARE’E KARENA TIDAK MUNGKIN SATU SUKU DIKUASAI DUA KERAJAAN, APALAGI SUKU PAMONA BERBAHASA TA’A, TETAPI DI LUWU TIMUR BAHASA TA’A DISEBUT BAHASA BARE’E.

TANA POSO MERUPAKAN TEMPAT TINGGAL BERBAGAI MACAM SUKU,
dan suku yang paling berkuasa di tana poso adalah suku to kadambuku dengan kepala sukunya yang terakhir di jaman belanda yaitu papa i melempo atau disebut juga gaweda,
suku to kadambuku adalah suku bawahan kerajaan tojo karena diwajibkan melakukan mobalusala setiap tahun sekali yaitu menyerahkan 200 sampai 400 tandan padi setiap tahun sekali kepada kerajaan tojo , dan suku to kadambuku selain bawahan kerajaan tojo, suku to kadambuku juga selalu dipercayakan oleh suku-suku di tana poso untuk melakukan berbagai macam perundingan dengan suku-suku dan bangsa di luar tana poso.

.

.

★ Tadjongga adalah kepala suku to kadambuku yaitu Suku yang sangat dihormati di Tana Poso yang tunduk kepada Kerajaan Tojo atau bisa disebut Suku To Kadambuku adalah bawahan dari Kerajaan Tojo.

Setelah Peristiwa Konflik Kelompok Suku Bare’e To Pebato dengan Orang-orang Parigi, dan kedatangan Misionaris A.C.Kruyt di Tana Poso, membuat Tadjongga (Papa i Melempo) dengan orang-orang Belanda semakin dekat dan akrab, hal itu membuat tokoh-tokoh masyarakat di Tana Poso seperti Ta Batoki dan Ta Rame menjadi tidak suka kepada Tadjongga, karena Tadjongga seharusnya mengusir orang-orang Belanda tersebut dari Tana Poso bukan bekerja sama dengan Orang Belanda, apalagi Orang Belanda adalah bukan beragama islam, Tadjongga setelahnya mau diangkat menjadi Kepala Distrik Lage Oleh Belanda.

Ta rame adalah kabose banano (banano sekarang bernama desa betaua, wilayah tojo unauna), dan di tahun 1905 salah satunya Kepala Suku Pebato terkuat, yaitu Ta Rame, sebuah pagar rangkap tiga di sekitar ketiga desa tersebut membentuk sebuah Benteng, yaitu BENTE LAKI, menantang Penjajah Belanda.

Sulawesi_map2

Di sisi Timur perlawanan terkonsentrasi pada Desa Tamungku Dena (Tamoengkoe Dena), Desa Kandela dan Desa Tamungku (Tamoengkoe).

Ta Batoki adalah Seorang Tokoh Masyarakat di Poso dan juga Seorang kepala desa Kasawi Doeloengi, mengundurkan diri dari Kota Poso dan bersamanya beberapa yang tidak puas pergi dari Kota Poso,
Ta Batoki sangat menolak membayar pajak kepada Belanda, sehingga Pada Tahun 1910 Tabatoki menghimpun pejuangnya dari daratan Onda’e dan memilih bermukim di hutan-hutan sekitar Kota Poso.

.

.

★ PERJUANGAN TA RAME DI BENTENG BENTE LAKI TAHUN 1905 ★

PERLAWANAN TA RAME DI DESA TAMUNGKU DENA, DESA KANDELA, DAN DESA TAMUNGKU

TA RAME ADALAH KABOSE BANANO (BANANO SEKARANG BERNAMA DESA BETAUA, WILAYAH TOJO UNAUNA) YAITU SALAH SATU KEPALA SUKU DARI SUKU TO PEBATO YANG MELAKUKAN PERLAWANAN TERHADAP BELANDA DI DESA TAMUNGKU DENA, DESA KANDELA, DAN TAMUNGKU.

.

.

Karena Suku-suku Bare’E di Sekitar Wilayah Kota Poso Menolak pekerjaan yang dilakukan oleh guru misionaris Ph. H. C. Hofman,

Mengetahui hal tersebut dimana Ta Batoki dan Ta Rame yang sangat paham keinginan dari Masyarakat Suku Bare’E di Wilayah Tana Poso sehingga pada akhirnya tidak menyetujui Keberadaan Pemerintah Hindia Belanda di Wilayah Tana Poso, dimana di tahun 1905 salah satunya Kepala Suku Pebato terkuat, Ta Rame, sebuah pagar rangkap tiga di sekitar ketiga desa tersebut membentuk sebuah Benteng.

Di sisi Timur perlawanan terkonsentrasi pada Desa Tamungku Dena (Tamoengkoe Dena), Desa Kandela dan Desa Tamungku (Tamoengkoe).
Ketiga Desa tersebut yang dipimpin oleh Ta Rame Kepala Desa Banano Meski punya sejarah yaitu beberapa kali dikepung oleh To Napoe dan musuh lainnya, Desa Tamoengkoe Dena tidak pernah diambil, dan atas dasar keadaan ini Suku-suku BareE di Wilayah Timur Wilayah Kerajaan Lage di daerah Kekuasaan Suku To Lage tersebut memutuskan untuk memperkuat diri di sana.

.
Pemerintah Hindia Belanda melalui Voskuil melakukan segala upaya untuk menjauhkan Masyarakat disana dari perlawanan mereka kepada Pemerintah Hindia Belanda dan berulang kali orang-orang berpengaruh dari Pemerintah Hindia Belanda dibawa ke tempat itu, tetapi ketiga masyarakat di Ketiga Desa tersebut tidak terpengaruh. Begitu pula dengan Tamoengkoe dan Kandela. .(#kakday)

.

” SEBELUM TAHUN 2002 KOTA POSO DAN AMPANA MASIH SATU KABUPATEN, YAITU KABUPATEN POSO, DAN KABUPATEN POSO SEBELUM TAHUN 2002 KERAJAANNYA ADALAH KERAJAAN TOJO. “

.

SUKU PAMONA BUKAN SUKU BARE’E KARENA TIDAK MUNGKIN SATU SUKU DIKUASAI DUA KERAJAAN, APALAGI SUKU PAMONA BERBAHASA TA’A, TETAPI DI LUWU TIMUR BAHASA TA’A DISEBUT BAHASA BARE’E.

KEDATUAN LUWU BERNIAT MENDAPATKAN POSO DENGAN CARA YANG TIDAK HALAL DENGAN MENGATAKAN BAHWA POSO ADALAH MILIK KEDATUAN LUWU SEJAK ORANG DARI LANGIT ATAU TO LAMOA YANG BERNAMA LASAEO ATAU LASAEO PUA MONA ADALAH DATU LUWU YANG PERNAH  BERTAHTA DI KERAJAAN PAMONA, BAGAIMANA BISA SEORANG DARI LANGIT ATAU TO LAMOA BISA DIKETAHUI ASAL-USULNYA, ITU NAMANYA PENGHINAAN TERHADAP CERITA RAKYAT KAYORI DARI TO LAMOA LASAEO, APALAGI PAMONA TERSEBUT BUKAN KERAJAAN TETAPI SUATU DESA, KITA BANDINGKAN DENGAN ARUMPONE TO MANURUNGE RI MATAJANG MATA SILOMPOE YANG SAMPAI SEKARANG TIDAK DIKETAHUI ASAL-USULNYA SEHINGGA ARUMPONE TERSEBUT DISEBUT TO MANURUNG (ORANG DARI LANGIT;BUGIS), DAN LALU KENAPA SAMPAI ADA PERISTIWA MONANGU BUAJA YANG DILAKUKAN OLEH KEDATUAN LUWU KEPADA KELOMPOK SUKU BARE’E TO ONDA’E DI TANA POSO ???? PERISTIWA MONANGU BUAJA TERJADI JAUH SETELAH SEJARAH SAWERIGADING, DAN TERBUKTI KEDATUAN LUWU MELAKUKAN PENIPUAN DAN KEBOHONGAN KEPADA RAKYAT INDONESIA, HAL  TERSEBUT TERBUKTI DARI :

WWW. JEJAK LUWU SAWERIGADING DI TANA POSO

DAN PELAJARI JUGA SEJARAH KALAHNYA DATU LUWU OLEH I DORI DATU PAMONA, SEWAKTU PERISTIWA WATUMPOGAA DI DESA PAMONA, DATU LUWU SUDAH KALAH TETAPI KENAPA MASIH MENGAKUI BAHWA POSO ADALAH MILIK KEDATUAN LUWU :

WWW. I DORI MENGALAHKAN DATU LUWU

DAN TIDAK ADA NYA ORANG LUWU YANG TINGGAL DI POSO, SEJAK DULU SAMPAI SEKARANG MAKA SANGAT ANEH KALAU WILAYAH POSO ADALAH WILAYAH KERAJAAN LUWU.

SEJARAH POSO TAHUN 1905 YANG ASLI :

WWW. SEJARAH POSO TAHUN 1905

, TERNYATA HAL TERSEBUT JUGA DILAKUKAN KEDATUAN LUWU UNTUK MEMPERTAHANKAN BAHWA SUKU PAMONA ADALAH BERASAL DARI PROPINSI SULAWESI SELATAN BUKAN DARI PROPINSI SULAWESI TENGAH.

====================

====================


.

.

Diambil dari dokumen laporan pemerintah belanda….

📖 DE MINAHASA * * * *
EN EENIGE ANDERE STREKEN
DER RESIDENTIE MENADO * 📖

adalah sebuah Dokumen Laporan Belanda Mengenai Wilayah Residen Menado yang dibuat oleh E. J. JELLESMA RESIDEN LAMA MENADO TAHUN 1892—1903.

.

.

👑 PEMERINTAH BELANDA MEMBATALKAN KLAIM KEDATUAN LUWU ATAS TANA POSO 👑

.

.

KERAJAAN TOJO KONFLIK DENGAN BANYAKNYA ORANG BELANDA YANG DATANG DAN TINGGAL DI KOTA POSO dan KERAJAAN PARIGI KONFLIK DENGAN SUKU TO BALINGI DI WILAYAH PERBATASAN SAUSU DAN POSO.

📖 DE MINAHASA * * * *
EN EENIGE ANDERE STREKEN
DER RESIDENTIE MENADO * 📖
EENIGE AANTEEKENINGEN OP HET VOOR KOMENDE IN HET WERK VAN DEN HEER
H. VAN KOL, LID VAN DE TWEEDE KAMER
DER STATEN-GENERAAL,
„UIT ONZE KOLONIËN”
DOOR
E. J. JELLESMA,
OUD-RESIDENT VAN MENADO (1892—1903).

📖 PAGE 215 :

II. DE RIJKJES AAN DE TOMINI-BOCHT.

📖 handelingen ter zake met Todjo waren bij mijn aftreden nog niet afgeloopen.
In de laatste jaren maakt de Vorst van Loewoe aan spraak op de geheele Posso-streek tot aan de Golf van Tomini.
Als controleur en later ook als Assistent-Resident van
Gorontalo, heb ik nooit gehoord van die aanspraken van
Loewoe; evenmin volgens zijn stellige verklaring dat de Heer Dr. J. G. F. RIEDEL, die ruim 13 jaren aan het
hoofd der assistent-residentie Gorontalo heeft gestaan.

Wel trachtten de Radja’s van Parigi en van Todjo
hun invloed in Posso uit te breiden en aldaar gezag
uit te oefenen. Toen het Gouvernement zich echter
meer met de Tomini-Bocht ging bemoeien, werd aan
die pogingen van Todjo en Parigi een einde gemaakt
en die Radja’s verboden zich met de aangelegenheden
in Posso te bemoeien.

Eerst toen begon Loewoe zich te roeren en te trachten aldaar vasten voet te krijgen.
M. i. is het nog volstrekt niet zoo zeker dat de aan spraken van Loewoe als geldig moeten worden beschouwd.

Intusschen is het dringend noodig in het belang van
de goedaardige Possosche Alfoeren, dat zij zoo spoedig mogelijk onttrokken worden aan den verderfelijken invloed
van de Loewoeërs, en moet het toegejuicht worden, dat de Regeering het plan koestert met Loewoe in onder￾handelingte treden om geheel afstand te doen van zijne
aanspraken op de Posso-streek.
De Heer VAN KOL heeft de zaak POIDARAWATI weder
te berde gebracht, doch die niet juist voorgesteld.
Toen de voorganger van den tegenwoordigen Radja
van Mooeton (DAENG MALINO) overleed, liet hij slechts minderjarige zoons achter. Op verzoek van de weduwe ….END OF PAGE 215.

📖 PENDAHULUAN :

siapakah JELLESMA pejabat belanda yang menangani klaim luwu atas tana poso tersebut???
📖 JELLESMA, Eeltje Jelles, (Mojowarno 14 April 1851 -).
📖 E. J. JELLESMA, ADALAH Residen Manado dengan beslit 29 September 1892 hingga 1903. Sebelumnya Kontrolir di Minahasa 1876-1886 (Amurang). Anak penginjil terkenal Jelle Eeltjes Jellesma. Kawin di Ternate 16 Februari 1881 dengan Carolina Frederika Adolphine van Renesse van Duivenbode. Terima bintang Ridder Nederlandsche Leeuw.

74484773_2846453252055248_488205127195295744_n
📖 TERJEMAHAN DARI BUKU LAPORAN PEMERINTAH BELANDA :
THE MINAHASA * * * * DAN SETIAP DAERAH LAIN DARI MENADO * TINGGALKAN SETIAP PENCEGAHAN DALAM KERJA MR H. van KOL, ANGGOTA KAMERA DUA NEGARA UMUM, OLEH EJ JELLESMA, RESIDEN LAMA MENADO (1892-1903).

📖 HALAMAN 215 :

📖 II. POHON DARI TELUK TOMINI

📖 1. KLAIM OLEH PANGERAN DARI KEDATUAN LUWU ATAS WILAYAH TANA POSO SAMPAI KE TELUK TOMINI DENGAN CARA BERBICARA LANGSUNG KE MASYARAKAT ALFOUR POSO (SUKU BARE’E DI WILAYAH TANA POSO), BAHWA POSO ADALAH WILAYAH KEDATUAN LUWU.
TETAPI RESIDEN LAMA MENADO E. J. JELLESMA DAN Dr. J. G. F. RIEDEL YANG 13 TAHUN SELAMA MENJADI ASISTEN RESIDEN DI GORONTALO TIDAK PERNAH MENDENGAR KLAIM DARI KEDATUAN LUWU TERSEBUT.

📖 …..transaksi dengan Todjo dalam hal ini belum berakhir ketika saya mengundurkan diri. Dalam beberapa tahun terakhir, Pangeran Loewoe telah berbicara ke seluruh wilayah Posso hingga ke Teluk Tomini. Sebagai pengendali dan kemudian juga sebagai Asisten Residen Gorontalo, saya belum pernah mendengar klaim tersebut oleh Loewoe; atau menurut pernyataan tegasnya bahwa Dr. J. G. F. RIEDEL, yang telah menjadi kepala asisten Residen di Gorontalo selama lebih dari 13 tahun.

📖 2. KETIKA BELANDA MENGHENTIKAN DAN MULAI MELARANG KERAJAAN TOJO DAN KERAJAAN PARIGI IKUT CAMPUR MASALAH TELUK TOMINI, BARULAH KEDATUAN LUWU MENGKLAIM BAHWA TANA POSO ADALAH WILAYAHNYA.

(KERAJAAN TOJO KONFLIK DENGAN BANYAKNYA ORANG BELANDA YANG DATANG DAN TINGGAL DI KOTA POSO dan KERAJAAN PARIGI KONFLIK DENGAN SUKU TO BALINGI DI WILAYAH PERBATASAN SAUSU DAN POSO)

📖 Raja Parigi dan Raja Todjo Lariu memang mencoba untuk memperluas pengaruh mereka di Posso dan menjalankan wewenang di sana. Namun, ketika Pemerintah mulai lebih banyak mencampuri Teluk Tomini, upaya Kerajaan Todjo dan Kerajaan Parigi dihentikan dan Raja-raja mereka dilarang untuk campur tangan dengan masalah-masalah di Posso.

Baru pada saat itulah Loewoe mulai bergerak dan mencoba untuk mendapatkan pijakan di sana. M. i. tidak berarti bahwa klaim Loewoe harus dianggap sah.

📖 3. DI MASA PEMERINTAHAN RESIDEN LAMA E. J. JELLESMA, ISTILAH TORADJA YANG DI PAKAI A.C.KRUYT BELUM ADA, YANG ADA BARU ALFOUR.
DAN MASALAH KLAIM KEDATUAN LUWU ATAS TANA POSO BERHASIL DI BATALKAN OLEH BELANDA DENGAN CARA NEGOSIASI.

📖 Sementara itu, sangat penting demi kepentingan Informasi Orang Alfour Posso yang baik hati bahwa mereka ditarik secepat mungkin dari pengaruh berbahaya para orang Loewuers, dan harus disambut baik bahwa Pemerintah menghargai rencana untuk bernegosiasi dengan Loewoe. untuk sepenuhnya membatalkan klaimnya di wilayah Posso. Lord VAN KOL telah mengangkat kasus POIDARAWATI lagi, tetapi belum disajikan dengan benar. Ketika pendahulu Raja van Mooeton (DAENG MALINO) yang sekarang meninggal, dia hanya meninggalkan putra-putra kecil. Atas permintaan janda….. end of page 215.

JE JELLESMA, PENDETA PERTAMA UTUSAN NZG UNTUK DAERAH JAWA TIMUR, ADALAH ORANG TUA DARI EJ JELLESMA 

screenshot_2020-10-06-15-04-08-332_com.opera_.mini_.native

WATU MPOGAA , WATUMPOGAA, adalah batu yang dipergunakan untuk mengatur sub. suku – sub. suku pamona di wilayah poso dan tojo.

Sub. Suku Pamona yang diatur pada Watumpogaa  YAITU To Loewoe, To Bada, To Mori, To Ondae, To Napu, Orang Sausu, dan Orang Parigi.

.

.

.

.

Disemai sepenuh hati secara perlahan oleh penginjil Belanda dan Jawa, tunas Kekristenan di Jawa Timur itu mulai tumbuh

( Nortier, 1939; 70 )

.

.

Tahun 1851, tibalah di Mojowarno, seorang pengabar Injil kelahiran Frieslan, Belanda. Namanya Jelle Eeltje Jellesma, pendeta yang oleh Nederlands Zending Genootschap ( NZG ) ditugaskan ke Jawa Timur.

Ia butuh waktu tiga tahun untuk mendapat izin dari pemerintah Belanda agar dapat melayani di sebuah desa Kristen yang sudah eksis bernama Mojowarno, Jombang. Dalam praktiknya, kerja-kerja Jellesma justru ditujukan untuk memelihara dan mempertebal keimanan orang-orang Kristen ketimbang mengkristenkan orang Jawa. Setelah tahun kedatangan Jellesma, beberapa penginjil dari Barat datang seperti Hoezoo (1849) di Semarang dan dilanjutkan oleh Jansz (1851), dan Vermeer (1861) yang melayani daerah Pekalongan dan Tegal.

Saat Jelessma tiba di Mojowarno, desa itu dipimpin oleh Kyai Abisai Ditotaruno. Jumlah jemaatnya sudah mencapai 244 orang, angka yang besar untuk sebuah desa pelosok. Selain mengajarkan Kristen, Jellesma juga membuka sekolah.

20191229_130809
Desa Mojowarno didirikan oleh Ditotaruno. Ditotaruno adalah orang Ngoro yang ditolak oleh Coolen karena telah menerima baptisan.

Coolen yang bernama lengkap Coenrad Laurens Coolen berpandangan bahwa : ” warga Kristen disebut sebagai Kristen Jawa karena ia menganggap bahwa orang Jawa yang menjadi Kristen itu adalah sebagai orang-orang Kristen dan orang jawa itu harus tetap orang Jawa. Kristen Jawa adalah dimana mereka mempunyai sikap yang terlalu memusatkan diri pada guru ngelmunya dan guru ngelmunya terlalu bersifat melindungi bahkan memanjakan ( Protektif dan Paternalistik ), Coolen tidak memasukkan unsur baptisan ke dalam ajarannya karena khawatir kalau orang-orang itu nantinya juga meninggalkan kejawaannya.

Coenrad Laurens Coolen merupakan salah satu penginjil awam yang melakukan pekabaran Injil di Jawa Timur. Ia melakukan pekabaran Injil di Jawa Timur bersama dengan penginjil awam lainnya seperti Kiai Ibrahim Tunggul Wulung, Paulus Tosari, Yohannes Emde, dan mereka semua kecuali JE JELLESMA adalah pendiri Gereja Kristen Jawi Wetan atau disingkat GKJW

Ditotaruno, bersama-sama dengan beberapa orang, pergi ke arah utara dan sampailah di suatu hutan yaitu Kracil ( kira-kira 6 km dari Ngoro ). Dia lantas membuka hutan tersebut dan akhirnya terbentuk suatu pedesaan yang baru. Dan pada tahun 1847 dinamailah daerah itu Mojowarno. Pada bulan November 1848 terjadi suatu baptisan terhadap 31 orang dewasa dan 25 orang anak-anak. Dan baptisan itu terulang lagi pada bulan Desember 1848 dengan jumlah 56 orang. Melihat kejadian itu, maka tergeraklah Jellesma untuk menyaksikan bahwa peristiwa itu adalah kelahiran Gereja Kristus secara spontan di tengah-tengah orang Jawa. Dan penduduk di desa Mojowarno tersebut mempunyai minat untuk mengembangkan pertanian dan sekaligus sebagai jemaat Kristen, mereka mengadakan pelajaran agama, ibadah dan adanya sakramen, yang mereka pimpin sendiri.

Sekitar tahun 1855 di Mojowarno Tunggul Wulung dibaptis Jellesma.

20191229_130749

Melalui pembaptisan itu, Tunggul Wulung mendapat imbuhan nama Ibrahim. Ibrahim dipilihnya karena memiliki makna simbolis, yaitu Abraham yang menjadi bapa banyak bangsa, demikian juga Tunggul Wulung juga ingin menjadi bapa bagi orang banyak.
Sayangnya tugas Jellesma di Mojowarno berlangsung singkat karena ia keburu meninggal pada 1858. Walau saat itu sudah banyak orang Jawa yang memeluk Kristen, hal tersebut tidak berarti menjauhkan mereka dari perilaku buruk seperti menghisap madat, mabuk, dan berjudi. Buruknya moral orang Jawa Kristen menimbulkan kekecewaan di kalangan penginjil Belanda seperti Pdt. Harthoorn yang menganggap zending di Jawa adalah sebuah kegagalan.

Namun anggapan Harthoorn tidak berlaku pada Paulus Tosari, Pendeta Hoezoo, dan Pendeta Kruyt senior. Mereka adalah pengganti Pendeta JE Jellesma di Mojowarno seorang pendeta pertama utusan NZG untuk daerah jawa timur dan juga adalah orang tua dari EJ JELESMA RESIDEN MANADO yang bersaksi atas pengaruh jahat dari Kedatuan Luwu atas “orang poso alfouren”, Pendeta JE Jellesma adalah pendeta pembaptis seorang kiai ibrahim tunggul wulung  yang menjadi sumber “ngelmu” bagi Gereja GKJW, dan Pendeta JE Jellesma adalah orang tua dari EJ Jellesma, orang tua yang dengan sabar mengajarkan Kristen di kalangan orang Jawa sampai akhir hayatnya. Disemai sepenuh hati secara perlahan oleh penginjil Belanda dan Jawa, tunas Kekristenan di Jawa Timur itu mulai tumbuh ( Nortier, 1939; 70 ), selamat jalan Pendeta JE JELLESMA !!!!

.(#kakday).

.

.

.

.

.

.

.

.

REFERENSI :

DE MINAHASA, EN EENIGE ANDERE STREKEN DER RESIDENTIE MENADO, E. J. JELLESMA, OUD-RESIDENT VAN MENADO (1892—1903), page 215,

– S.H. Soekotjo. 2009. Sejarah Gereja-gereja Kristen Jawa – jilid 1. Yogyakarta: Taman Pustaka Kristen,

– Crommelin, D. 1909. Modjowarno, Een Zendingpost. Rotterdam ; Eletriche Drukkerij M.Wyt & Zonen,

– Hadi Wahjono, Bau Aris R. Karolus Wiryoguno : Pemimpin Babad Hutan Kracil (Cikal Bakal Berdirinya Desa-Desa di Mojowarno), Taman Pustaka Kristen Indonesia (TPK), Yogyakarta,

– Nortier, C.W . 1939. Van Zendingsarbeid tot zelfstandige Kerk in Oost-Java. Zendingstudie-raad,

– Wolterbeek, J.D . 1995. Babad Zending di Pulau Jawa. Yogyakarta ; Taman Pustaka Kristen.

Tinggalkan komentar