WILAYAH KERAJAAN BANGGAI DI PULAU SULAWESI HANYALAH BALANTAK DAN MONDONA BATUI !!!!

20200125_163315

WILAYAH KERAJAAN BANGGAI DI PULAU SULAWESI HANYALAH BALANTAK DAN MONDONA BATUI !!!!

 

 

 

 

JIKA TERDAPAT NAMA SUATU TEMPAT DIANTARA NUHON SAMPAI BUALEMO (BOALEMO) ATAU TANJUNG PATI-PATI, MAKA KERAJAAN TOJO HARUS RELA DAN WAJIB MELEPAS WILAYAH TERSEBUT, TETAPI APAKAH ADA⁉️

 

 

 

Banggai telah dikenal sejak abad ke 13-14 Masehi, ketika pada masa kejayaan kerajaan Mojopahit yang dipimpin Prabu Hayam Wuruk (1351-1389) dimana Banggai telah menjadi bagian dari kerajaan adikuasa Mojopahit. Hal ini dibuktikan melalui tulisan Mpu Prapanca seorang pujangga Mojopahit dalam bukunya Nagara Kertagama bertarik caka 1478 atau sekitar 1365 Masehi yang termuat dalam seuntai syair nomor 14 bait ke lima sebagai berikut,“Ikang saka nusa-Nusa, Mangkasara, Buntun, Benggawi.

banggai
Banggai yang dimaksud dalam tulisan Mpu Prapanca adalah Banggai sejati atau wilayah Banggai saja (sekarang) Kabupaten Banggai Kepulauan yang tidak lain adalah merupakan suatu kerajaan  yang dipimpin oleh seorang raja yang bergelar Adi dan empat orang penasehat bagi Adi yang bergelar Tomundo sangkap yang terdiri dari tomundo Olu atau Babolau, Tomundo Lombongan atau Katapean, Tomundo Singgolok, dan Tomundo Kokini. Secara berturut-turut disebut empat orang Adi yang memerintah sebelum seorang Adi Lambal Polambal datang yang merupakan Adi kelima atau terakhir.

 

 

DI JAMAN MUMBU DOI JAWA 1580-1590, WILAYAH KERAJAAN BANGGAI ADALAH YANG PALING LUAS

 

 

Pada masa pemerintahan Adi Lambal Polambal datanglah seorang bangsawan dari tanah Jawa (Demak) yang merupakan panglima perang Sultan Baabullah dari kesultanan bernama Adi Cokro yang oleh orang Banggai disebut Adi Soko. Karena kearifan dalam mengatasi konflik yang kerap kali terjadi antar keempat batomundoan tersebut, keempat Tomundo itu kemudian bersepakat untuk menobatkan Adi Cokro sebagai raja utama mereka yang disertai dengan penyerahan kekuasaan dari Adi Lambal Polambal kepada Adi Cokro. Setelah menjadi raja Adi Cokro bergelar Mumbu dan memerintah tahun 1580-1590, sejak itu menurut J.J.Dormeir gelar Adi menghilang dan digantikan dengan Mumbu yang kemudian dikombinasikan dengan tempat mereka (raja) meninggal dan di kuburkan, seperti misalnya Raja Mbulang Mumbu Doi Balantak, yaitu raja yang meninggal di Balantak dst.

 

Sejak raja Abdul Azis naik tahta pada tahun 1882 gelar Mumbu kemudian tidak digunakan lagi dan digunakanlah gelar Tomundo sampai pada raja terakhir Tomundo Nurdin Daud.
Sementara itu Adi terakhir Adi Lambal Polambal oleh Adi Cokro diangkat kembali sebagai pelaksana pemerintahan dengan memberi jabatan Jogugu, sedangkan keempat Tomundo tetap dipertahankan dalam kapasitas mereka sebagai Dewan Penasehat dengan gelar kehormatan Pau Basal (banggai : Pau = anak/putera, Basal = besar), dan memberi mereka nama-nama baru seperti Olu (Babolau) menjadi Doduung, Kokini menjadi Tano Bonunugan, Singgolok menjadi Monsongan, dan Lombongan (katapean) menjadi Gonggong. Gelar Pau Basal ini kemudian berkembang menjadi Basalo yang sekarang kita kenal dalam struktur lembaga adat Banggai disebut Basalo Sangkap yang terdiri dari Basalo Babolau di Doduung, Basalo Kokini di Tano Bonunugan, Basalo Singgolok di Monsongan, dan Basalo Katapean di Gonggong yang semuanya berkedudukan di Pulau Banggai Kabupaten Banggai Kepulauan. Keempat Basalo ini bertugas memilih dan melantik seorang bangsawan menjadi raja serta meriwayatkan secara teratur sejarah raja-raja banggai secara berurutan, mereka sangat dihormati oleh Mumbu dan para penerusnya karena merupakan suatu Dewan Penasehat yang pengaruhnya sama luasnya dengan kekuasaan Mumbu.
Pada masa kekuasaan Adi Cokro beliau kemudian sukses memperluas wilayah kekuasaan Kerajaan Banggai dengan menaklukan kerajaan-kerajaan di Pulau Peling seperti kerajaan tua Tokolong (Buko) dan Lipu Babasal (Bulagi) serta kerajaan Sisipan, Liputomundo, Kadupang, dan Bongganan.

Selain itu ia juga berhasil menundukan wilayah jazirah tenggara Pulau Sulawesi yaitu Balantak dan Mondona Batui yang sekarang dan sekitarnya. Menurut hemat penulis prestasi inilah yang kemudian melahirkan klaim bahwa dimasa Adi Cokro lah Wilayah Kerajaan Banggai adalah yang paling luas.

Adi Cokro mempunyai tiga orang isteri yaitu pertama menikah dengan puteri Raja Motindok (Batui) Nuru Sapa mempunyai putera bernama Abu Kasim, kedua menikah dengan seorang Castella Putri Kerajaan Portugis di Ternate dan mempunyai putera bernama Maulana Prins Mandapar,dan yang ketiga yaitu menikah dengan Puteri Basalo Babolau atau Doduung, Nurusia dan memperoleh seorang anak bernama Puteri Saleh. Konon katanya seperti di tulis oleh J.J. Dormeier dalam bukunya Banggaische Adatrecht (1945) karena sang isteri Nuru Sapa sering bertengkar dengan isteri Nurusia maka adi Cokro memutuskan untuk kembali ke Demak dengan membawa serta isteri ketiganya Nurusia bersama puterinya yang masih kecil hingga mangkat disana.

 

Berdirinya Istana Banggai di Pulau Banggai menandakan berdirinya Kerajaan Banggai yang Wilayahnya terdiri dari dua Pulau yaitu Pulau Gapi (Peleng) dan Pulau Banggai merupakan Kekuatan bagi Kerajaan Ternate.

Kerajaan Banggai merupakan hasil peleburan dari empat kerajaan kecil, Keempatnya adalah Kerajaan Babolau, Kerajaan Singgolok, Kerajaan Kookini, dan Kerajaan Katapean. Para raja dari Empat Kerajaan ini lalu membentuk Basalo Sangkap, Basalo Sangkap inilah yang kemudian memilih siapa yang akan menjadi Raja Banggai.

 

20200125_163456

JADI BERDASARKAN SEJARAH KERAJAAN BANGGAI YANG ASLI DARI PULAU BANGGAI DAN SEMUA BASALO SANGKAP BERKEDUDUKAN DI PULAU BANGGAI KABUPATEN BANGGAI LAUT.

 

 

 

RAJA MAULANA PRINS MANDAPAR ATAU MUMBU DOI GODONG

(1600-1630)

 

 

 

Pasca sepeninggal Adi Cokro, Kerajaan Banggai mengalami masa transisi berdarah dan degradasi pemerintahan, selanjutnya disebut dua belas orang Mumbu yang memerintah secara berturut-turut, tiga diantara mereka tercatat sebagai Mumbu Dinaadat (banggai : dinaadat = dibunuh) yaitu Mumbu doi Tano, Mumbu doi Ndalangon, Mumbu Palangkangkang, Mumbu Tetelengan, Mumbu Dinaadat doi Batang, Mumbu Dinaadat doi Taipa, Mumbu Dinaadat, Mumbu Aibinggi, Mumbu Sinambebekon, Mumbu doi Taipa, dan Mumbu doi Pangkola.
Krisis berkepanjangan ini baru berakhir setelah Mandapar putera Adi Cokro memerintah. Setelah ayahnya, Mandapar kemudian dianggap sebagai Raja Banggai pertama dan yang terbesar, ia kembali menegakkan kekuasaannya diseluruh wilayah kekuasaan Kerajaan Banggai.

Basalo Sangkap pada saat Maulana Prince Mandapar menjadi Raja Banggai, Pilihan Raja oleh Basalo Sangkap dipilih berdasarkan kemampuan bukan karena keturunan.

Memang pada masa Adi Cokro Mbumbu doi Jawa (1575-1590), Mandapar Mbumbu doi Godong (1600-1630), Molen Mbumbu doi Kintom (1630-1648), dan Paudagar Mbumbu doi Beteng (1648-1689). Banggai tidak memberi penghormatan kepada Ternate sebagai suatu negara taklukan. Karena di era Adi Cokro dan Mandapar, Banggai masih dianggap sebagai keluarga Kesultanan Ternate, dan Kerajaan Banggai adalah Kerajaan Bawahan dari Kerajaan Ternate.

Demikianlah masa pemerintahan Maulana Prins Mandapar Mumbu doi Godong (1600-1630), kemudian dilanjutkan Molen Mumbu doi Kintom (1630-1648), dan kemudian Mbulang Mumbu doi Balantak (1648-1689).

 

 

 

MUMBU DOI BALANTAK (1648-1689)

 

 

 

Sejak dari raja Mandapar Kerajaan Banggai memiliki wilayah Kerajaan yang sangat luas, dan dilanjutkan oleh beberapa penerusnya terhitung secara berurut ada 20 orang raja, mulai dari Mandapar sampai dengan Nurdin Daud yaitu sebagai berikut :
1). Maulana Prins Mandapar Mumbu doi Godong (1600-1630),
2). Molen Mumbu doi Kintom (1630-1648),
3). Mbulang Mumbu doi Balantak (1648-1689), dst.
Disaat Orang Balantak Menjadi Raja di Kerajaan Banggai yaitu MUMBU DOI BALANTAK tercatat wilayah Kerajaan Banggai di Pulau Sulawesi hanyalah dibagian tenggara yaitu Balantak dan Mondona, dan sebagai saksi hal itu dibuktikan dalam laporan Gubernur Belanda tahun 1682, yaitu :

 

Menurut laporan bertarikh 1682 dari Gubernur Belanda di Ternate yaotu R. Padtbrugge, (1637-1703),

Kerajaan Banggai terdiri dari Pulau Banggai, Peling (atau Gapi), Labobo, ratusan pulau kecil, dan bagian tenggara Sulawesi yang dikenal sebagai Balantak dan Mondona ….

 

● LETAK BALANTAK :

20200123_075339

 

● LETAK MONDONA :

20200123_075313

 

JADI TERBUKTI KERAJAAN BANGGAI HANYA ADA DI BAGIAN TENGGARA SULAWESI YANG DIKENAL SEBAGAI BALANTAK DAN MONDONA ❗❗❗❗

DAN KALAU ADA CATATAN SEJARAH KERAJAAN BANGGAI YANG MENYATAKAN WILAYAH KERAJAAN BANGGAI ITU LUAS DAN DIPERLUAS SELAIN RAJA BANGGAI Maulana Prins Mandapar Mumbu doi Godong (1600-1630), ITU SIAPAKAH RAJA BANGGAI DAN TOKOHNYA ????

 

 

 

PERISTIWA DAN ASAL-USUL RAJA-RAJA DI KERAJAAN BANGGAI DARI TAHUN 1600 SAMPAI 1950

 

 

 

JIKA TERDAPAT NAMA SUATU TEMPAT DIANTARA NUHON SAMPAI BUALEMO (BOALEMO) ATAU TANJUNG PATI-PATI, MAKA KERAJAAN TOJO HARUS RELA DAN WAJIB MELEPAS WILAYAH TERSEBUT, TETAPI APAKAH ADA⁉️

 

 

Silsilah raja-raja Banggai telah teratur, terhitung secara berurut ada 20 orang raja, mulai dari Mandapar sampai dengan Nurdin Daud yaitu sebagai berikut :
1). Maulana Prins Mandapar Mumbu doi Godong (1600-1630),

• ASAL-USUL DAN PERISTIWA NYA :

• Pada tahun 1600, Dibawah Pemerintahan Maulana Prins Mandapar, wilayah kekuasaan Kerajaan Banggai adalah Paling luas meliputi Wilayah : Pulau Banggai, Peling (atau Gapi), Labobo, ratusan pulau kecil, dan bagian tenggara Sulawesi yang dikenal sebagai Balantak dan Mondona, 

• Tahun 1626 – Kerajaan Gowa merebut Kerajaan Banggai dan Kerajaan Bungku dari Kesultanan Ternate, walaupun  pada saat itu Kerajaan Banggai dipimpin oleh Maulana Prins Mandapar,

• Tahun 1629 – Ekspedisi Kapita Laut Ali seorang pemuda petinggi Kesultanan Ternate, dibawah kepemimpinan Sultan Ternate yaitu Sultan Hamzah (Don Pedro da Cunha). Kapita Laut Ali mengadakan ekspedisi ke wilayah dan vasal Ternate di seberang laut yang mulai membangkang otoritasnya bertolak ke pesisir timur Sulawesi, setelah sebelumnya mampir di Manipa dan Buru. Di wilayah ini, dua kerajaan vasal Ternate (Banggai dan Bungku) telah direbut oleh Makassar. Ali dan armadanya pun menyerang kedua negeri ini, memerangi orang-orang Makassar yang ada di sana. Banggai dan Bungku akhirnya berhasil direbut pada tahun 1629 dan kembali Ke pangkuan Kesultanan Ternate,

• Tahun 1630, Maulana Prins Mandapar disebut juga mumbu doi Godong karena Maulana Prins Mandapar di makamkan di Godong, yaitu nama Kecamatan di Propinsi Jawa Tengah.

Screenshot_20200125-181545

 

2). Molen Mumbu doi Kintom (1630-1648),

• ASAL-USUL DAN PERISTIWA NYA :

• Tahun 1632 – Kapita Laut Ali wafat di Buton, kemungkinan tewas diracun oleh Raja Gowa. Kematiannya diiringi dengan terlepasnya kembali Banggai, Bungku, dan Buton yang telah susah payah ia taklukkan.

• Tahun 1648, Kerajaan Banggai menjadi daerah taklukan Kerajaan Gowa, dan Molen Mumbu doi Kintom, dimakamkan di Kintom, Kintom adalah nama kecamatan di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah

Screenshot_20200125-183123

 

3). Mbulang Mumbu doi Balantak (1648-1689),

• ASAL-USUL DAN PERISTIWA NYA :

• Tahun 1655 – Sultan Mandar Syah diangkat kembali sebagai Sultan Ternate, dan Kerajaan Banggai masih menjadi Kerajaan Taklukan Kerajaan Gowa,

• Tahun 1660 – Perang Makassar dimulai. Kesultanan Ternate dengan maksud merebut kembali Kerajaan Banggai, kemudian beraliansi dengan VOC dan Bone melawan Makassar dan sekutunya,

• Tahun 1663 – Ternate kembali merdeka. Spanyol menarik pasukannya dari Maluku Utara, melepaskan Ternate dan Tidore (serta seluruh negara jajahan mereka) menjadi negara merdeka kembali,

• TAHUN 1667 – KEKALAHAN KERAJAAN GOWA –

DAN KERAJAAN BANGGAI KEMBALI MENJADI WILAYAH KESULTANAN TERNATE,

• Tahun 1667 – Kekalahan Kerajaan Gowa atas Koalisi Kerajaan Bone oleh Arung Palaka, Kesultanan Ternate yaitu Pada saat Pemerintahan Sultan Mandar Syah oleh Kapitan Jonker , dan VOC oleh Van Spellman – Perjanjian Bungaya. Kesultanan Gowa-Tallo yang semakin terdesak bersedia untuk menandatangani perjanjian dengan pihak VOC-Bone. Di antara isi perjanjian tersebut adalah Makassar harus ‘mengembalikan kekuasaannya di Sulawesi Timur kepada Kesultanan Ternate’ termasuk Kerajaan Banggai,

• Tahun 1669 – Perang Makassar berakhir,

• TAHUN 1682 – ADALAH LAPORAN DARI GUBERNUR VOC YAITU yaotu R. Padtbrugge, (1637-1703), ADALAH LAPORAN SETELAH KERAJAAN BANGGAI KEMBALI KE PANGKUAN KESULTANAN TERNATE DAN VOC, MAKANYA YOUTU R. PADTBRUGGE SELAKU GUBERNUR VOC YANG PADA WAKTU ITU BER IBUKOTA DI TERNATE PERLU MEMBUAT LAPORAN,

• Tahun 1682 – Berdasarkan Laporan dari Gubernur VOC,  yaotu R. Padtbrugge, (1637-1703), dan Pada saat Orang dari Balantak memerintah di Kerajaan Banggai, yaitu Mumbu doi Balantak, wilayah kekuasaan Kerajaan Banggai adalah Paling luas meliputi Wilayah : Pulau Banggai, Peling (atau Gapi), Labobo, ratusan pulau kecil, dan bagian tenggara Sulawesi yang dikenal sebagai Balantak dan Mondona.

Hal itu juga dibenarkan oleh Gubernur VOC : yaotu R. Padtbrugge, (1637-1703),

● LETAK BALANTAK :

20200123_075339

• Tahun 1689 – Mumbu doi Balantak wafat dan dimakamkan di Balantak, di Pulau Sulawesi bagian Tenggara,

 

4). Paudagar Mumbu doi Beteng (1689-1705),

• ASAL-USUL DAN PERISTIWA NYA :

• Tahun 1669 – Perang Makassar berakhir, dan Kerajaan Banggai kembali menjadi Wilayah Kesultanan Ternate,

• Tahun 1705, Paudagar Mumbu doi Beteng, dimakamkan di Beteng, Beteng adalah nama kecamatan di Propinsi Jawa Tengah.

Screenshot_20200125-183730

 

5). Abdul Gani Mumbu doi Kota (1705-1728),

• ASAL-USUL DAN PERISTIWA NYA :

• Tahun 1714 adalah Masa pemerintahan Sultan Ternate, Sultan Raja Laut Amir Iskandar Zulkarnain Saifuddin (1714-1744),

• Tahun 1722 – Pemberontakan Halmahera Timur berhasil dipadamkan. Seluruh wilayah Tidore yang membelot pada Ternate berhasil dipulihkan kembali oleh aliansi VOC-Tidore. Ternate dan Tidore kemudian menandatangani perjanjian perdamaian bahwa kedua negara sepakat untuk mencegah rakyatnya beralih status dari satu kerajaan ke kerajaan lain, dan Kompeni VOC diberi wewenang untuk mengadili dan menghukum siapapun yang melawan,

• Tahun 1728, Mumbu doi Kota Wafat dan dimakamkan di Kota, yaitu nama suatu wilayah di Kabupaten Banggai Laut.

 

6). Abu Kasim Mumbu doi Bacan (1728-1753),

• ASAL-USUL DAN PERISTIWA NYA :

• Tahun 1737 – Erupsi Gunung Gamalama. Merupakan salah satu letusan Gunung terdahsyat.

• Tahun 1741 – Penguasa Kerajaan Banggai Abu Kasim Mumbu doi Bacan dan Bungku mulai mengadakan pertemuan rahasia untuk merencanakan pemberontakan melawan kekuasaan Ternate dan VOC.

• Tahun 1751 – Sultan Ternate yaitu Sultan Ayan Syah (Oudhoorn) naik tahta,

• Tahun 1753 – Meninggalnya Abu Kasim Mumbu doi Bacan dan dimakamkan di Bacan, yaitu pulau di propinsi Maluku Utara.

maluku

7). Kabudo Mumbu doi Mendono (1753-1768),

• ASAL-USUL DAN PERISTIWA NYA :

• Tahun 1754 – Sultan Ayan Syah wafat. Adiknya, Kaicil Syahmardan (Zwammerdam) naik tahta menggantikannya dengan gelar Sultan Amir Iskandar Muda. Sejak masa pemerintahannya, Kesultanan Ternate tak lagi memainkan pengaruh besar dalam percaturan politik Indonesia Timur akibat tekanan dan pengaruh Kompeni VOC yang semakin menguat.

• Tahun 1763 – Sultan Ternate, Sultan Jalaluddin (Zwardekroon) naik tahta,

• Tahun 1768 – Meninggalnya Mumbu doi Mendono, Mendono adalah nama Kelurahan di Kecamatan Kintom, Kabupaten Banggai,

Screenshot_20200125-203654
8). Ansyara Mumbu doi Padongko (1768-1773),

 

• ASAL-USUL DAN PERISTIWA NYA :

• Tahun 1763 – Sultan Ternate, Sultan Jalaluddin (Zwardekroon) naik tahta,

• Tahun 1773 – Ansyara Mumbu doi Padongko, meninggal di Padongko yaitu suatu wilayah di Kabupaten Barru, propinsi sulawesi selatan,

Screenshot_20200125-204659
9). Manduis Mumbu doi Dinaadat (1773-1809),

 

• ASAL-USUL DAN PERISTIWA NYA :

• Tahun 1775 – Erupsi Gamalama. Menewaskan sekitar 140 orang dan melenyapkan sebuah desa, yang berubah menjadi dua buah danau, Tolire Jaha dan Tolire Kecil,

• Tahun 1777 – Sultan Ternate, Sultan Harun Syah naik tahta,

• Tahun 1780 – Sultan Ahral (Jou Pulang Gapi) naik tahta,

• Tahun 1781 – Pemberontakan Nuku. Kaicil Nuku, pangeran Tidore yang tersingkir dari istana memberontak melawan Belanda dan Tidore. Ia menaklukkan Makian, Kayoa, Gane, dan Obi, serta menyerang Bacan yang kemudian menjadi sekutunya,

• Tahun 1783 – Revolusi Tidore. Sultan Tidore bawahan VOC, Patra Alam, mengirim sejumlah utusan ke Papua Barat untuk mendapatkan kembali loyalitas para penguasanya yang telah membelot pada Kaicil Nuku. Namun, para utusan justru turut berbalik memihak Nuku. Akibatnya, VOC menuduh Patra Alam bersekutu dengan Nuku. Ia pun ditangkap dan diasingkan. Hal ini membuat semakin banyak rakyat Tidore yang bersimpati dan mendukung Nuku, yang telah diangkat sebagai ‘Sultan Papua dan Seram’,

• Tahun 1787 – Kerajaan Kendahe di Sangihe menjual Kepulauan Sarangani di ujung selatan Mindanao kepada Kesultanan Maguindanao, melenyapkan hegemoni Ternate (dan Belanda) di Filipina,

• Tahun 1796 – Sultan Sarkan naik tahta.

• Tahun 1797 – Melalui bantuan Inggris, Sultan Nuku berhasil menaklukkan pulau Tidore, meraih salah satu ambisinya untuk mempersatukan seluruh Kesultanan Tidore. Ia juga menghidupkan kembali Kerajaan Jailolo setelah merebut wilayah itu dari Ternate.

• Tahun 1800 – Pembubaran Kompeni VOC. Seluruh koloni dan vasalnya kemudian diambil alih langsung oleh pemerintah Belanda saat itu, Republik Batavia yang merupakan vasal Kekaisaran Prancis.

• Tahun 1801 – Sultan Muhammad Yasin naik tahta. Ternate ditaklukkan oleh Kompeni EIC Inggris, yang sedang bermusuhan dengan Prancis dan Belanda serta beraliansi dengan Tidore.

• 1803 – Perang Napoleon pecah di Eropa. Pengaruhnya merembet hingga Nusantara termasuk Maluku, dimana Inggris berperang dengan Prancis-Belanda.

• 1804 – EIC Inggris menyerahkan kembali wilayah yang didudukinya di Maluku kepada Belanda.

• 1805 – Sultan Nuku wafat di Tidore.

• 1806 – Armada Ternate-Belanda menyerang Tidore dan berhasil merebut benteng-bentengnya. Armada ini juga berhasil menduduki dan membumihanguskan Soasio, ibukota kesultanan tersebut. Namun penguasanya, Zainal Abidin berhasil lolos ke Halmahera Timur dan mendirikan pemerintahan darurat di sana,

• Tahun 1807 – Sultan Muhammad Ali (Sarmole/Guraka van der Parra) naik tahta. Bersama Belanda, ia memimpin penyerangan ke Halmahera Timur untuk memburu Sultan Tidore dan Raja Jailolo. Pasukan Ternate-Belanda sukses menduduki Oba dan Weda, serta merebut kembali Gane, Obi, Makian, dan Kayoa. Jatuhnya Weda memaksa Raja Jailolo mengungsi ke Maba, tempat dirinya wafat. Sebelumnya, pasukan Ternate-Belanda juga kembali membumihanguskan kota Soasio di pulau Tidore,

• 1808 – Pasukan Ternate-Belanda menaklukkan Patani dan sisa kekuasaan Tidore di Halmahera Timur. Namun, Sultan Tidore berhasil lolos ke Waigeo di Raja Ampat dan menjadikannya sebagai pusat pertahanan terakhir Kesultanan Tidore,

• Tahun 1809 – Meninggalnya Manduis Mumbu doi Dinaadat, dan di makamkan di Dinaadat, yaitu nama satu tempat di pulau banggai,

 

10). Atondeng Mumbu doi Galela (1809-1821),

 

• ASAL-USUL DAN PERISTIWA NYA :

  • 1811 – Inggris menaklukkan Batavia, membuat seluruh koloni dan vasal Belanda di Nusantara turut jatuh ke tangan Inggris.
  • 1813 – Pembangunan istana baru Kesultanan Ternate oleh Sultan Muhammad Ali. Didesain oleh seorang arsitek Cina, istana baru ini didirikan di bukit Limau. Istana inilah yang hingga kini masih digunakan sebagai kediaman Sultan Ternate dan sejumlah keluarganya, dan kelak dijadikan sebuah museum bernama ‘Museum Kedaton Sultan Ternate’.
  • 1815 – Perang Napoleon berakhir.
  • 1816 – Penyerahan kembali koloni Hindia Timur dari Inggris kepada Belanda. Belanda secara resmi kembali menjadi penguasa di Indonesia. Baron van der Capellen dilantik sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Kesultanan Ternate pun kembali menjadi bawahan Belanda.
  • 1817 – Pemberontakan Pattimura (Perang Saparua). Bangsawan dan rakyat Saparua pimpinan Kapitan Pattimura, seorang bekas abdi Inggris, melancarkan pemberontakan melawan Belanda. Pattimura menggalang aliansi dengan sejumlah kerajaan di luar Maluku Tengah, termasuk Ternate. Namun, dalam beberapa bulan, perang ini berakhir dengan kekalahan kaum pemberontak dan dihukum mati-nya para pemimpin mereka, termasuk Pattimura.
  • Tahun 1821- Meninggalnya Atondeng Mumbu doi Galela, dan dimakamkan di Galela, yaitu nama kecamatan di propinsi Maluku Utara,

Screenshot_20200125-210609

 

11). Agama Mumbu doi Bugis (1821-1827),

• ASAL-USUL DAN PERISTIWA NYA :

• Tahun 1826 – Pemberontakan Tobungku. Kerajaan Bungku memberontak melawan Ternate dan Belanda akibat pungutan upeti yang telah lama membebani rakyat negeri tersebut. Sultan Ternate mengirim armada berjumlah ribuan tentara pimpinan Kapita Laut Abu Muhammad untuk memadamkannya, namun mereka dapat dipukul mundur oleh pasukan Bungku. Ternate pun meminta bantuan Belanda, yang segera mengirim armada pimpinan Letnan G. Lockemeijer, yang sukses menundukkan para pemberontak Tobungku.

• Tahun 1827 – Meninggalnya Agama Mumbu doi Bugis dan dimakamkan di Bugis yaitu nama suatu desa di Kecamatan Mondona Batui, kabupaten banggai,

20200125_211623

 

12). Laota Mumbu doi Tenebak (1827-1847),

• ASAL-USUL DAN PERISTIWA NYA :

  • 1839 – Bungku kembali memberontak, namun dapat segera dipadamkan oleh Ternate.
  • 1840 – Bungku untuk ketiga kalinya kembali memberontak. Kali ini dimotori oleh seorang Daeng Makaka, seorang pangeran Bugis yang menobatkan dirinya sebagai penguasa Bungku pasca mengkudeta Bukungku, raja Bungku sebelumnya yang pro-Ternate. Namun, pemberontakan ini juga berakhir dengan kegagalan. Armada Ternate terlalu kuat untuk para pemberontak Tobungku. Sultan Ternate kemudian mengangkat kembali Bukungku sebagai penguasa Bungku, sementara Daeng Makaka berhasil meloloskan diri dan baru tertangkap 8 tahun kemudian. Erupsi Gamalama.
  • 1842 – Perang Tobelo. Menyusul Bungku, kali ini giliran Kerajaan Banggai yang melancarkan pemberontakan terhadap Ternate dan Belanda. Konflik fisik dan senjata pun mulai terjadi di jazirah Sulawesi Timur antara orang Banggai dengan orang Ternate.
  • 1846 – Pasukan Ternate di Banggai bersekutu dengan tiga armada bajak laut Tobelo (salah satu dari 3 kelompok perompak paling ditakuti di Nusantara kala itu, bersama dengan lanun Mindanao dan Iban) yang tengah singgah di negeri tersebut. Kedudukan laskar Banggai pun mulai terdesak akibat kehadiran para perompak Tobelo tersebut.
  • 1847 – Raja Laota dan pengikutnya tertangkap setelah terus dipukul mundur oleh armada Ternate-Tobelo. Kedudukannya pun digantikan oleh Raja Agama (Mbumbu doi Bugis) yang melanjutkan perjuangan pendahulunya untuk terus melancarkan perlawanan terhadap hegemoni Ternate dan Belanda. Melalui bantuan orang-orang Bugis, Raja Agama sukses mengusir kembali armada Ternate yang ada di Banggai. Perang pun masih terus berlanjut hingga 5 tahun kemudian.
  • Tahun 1847 – Laota Mumbu doi Tenebak Meninggal, dan dimakamkan di Tenebak, yaitu suatu tempat di Pulau Banggai,

13). Taja Mumbu doi Sau (1847-1852),

• ASAL-USUL DAN PERISTIWA NYA :

1852 – Perang Tobelo berakhir. Armada Kesultanan Ternate dan bajak laut Tobelo kembali berhasil memukul mundur laskar Banggai. Raja Agama berhasil meloloskan diri ke Tojo, lalu ke Bone, tempat dirinya wafat. Kerajaan Banggai pun kembali takluk pada Ternate. Tatu Tonga (Mbumbu doi Jere) kemudian dilantik sebagai penguasa Banggai yang baru di bawah pengaruh Ternate.

Tahun 1852 – Taja Mumbu doi Sau meninggal dan dimakamkan di Sau yaitu nama suatu tempat di pulau banggai,
14). Tatu Tanga Mumbu doi Jere (1852-1858),

• ASAL-USUL DAN PERISTIWA NYA :

Tahun 1858 – Tatu Tanga Mumbu doi Jere meninggal dan dimakamkan di Jere yaitu nama suatu tempat di Pulau Banggai,

 

15). Soak Mumbu doi Banggai (1858-1870),

• ASAL-USUL DAN PERISTIWA NYA :

1861 – Sultan Muhammad Arsyad (Azad) naik tahta.

Tahun 1870 – Soak Mumbu doi Banggai meninggal dan dimakamkan di Pulau Banggai,
16). Nurdin Mumbu doi Labasuma (1870-1882),

• ASAL-USUL DAN PERISTIWA NYA :

1879 – Sultan Ayanhar naik tahta.

Tahun 1882 – Nurdin Mumbu doi Labasuma meninggal dan dimakamkan di Labasuma, yaitu nama suatu tempat di Pulau Banggai,
17), Tomundo Hi. Abdul azis (1882-1900),

• ASAL-USUL DAN PERISTIWA NYA :

1882 – Raja Haji Abdul Azis naik tahta di Banggai. Dibawahnya, Banggai kembali melancarkan perlawanan terhadap Hindia Belanda. Ia berhasil mengusir paksa para utusan dan pejabat Ternate dan Belanda dari Kerajaan Banggai, membuat Hindia Belanda kehilangan kontrol atas negeri tersebut. Kerajaan Banggai pun, untuk sementara, berhasil merdeka kembali menjadi negara mandiri.

1900 – Sultan Muhammad Ilham Syah naik tahta. Banggai kembali takluk pada Ternate dan Hindia Belanda. Pemerintah Belanda dan Ternate mengadakan konspirasi terhadap Raja Haji Abdul Azis, yang memaksanya turun tahta dan merantau ke Mekkah, tempat dirinya wafat. Raja Haji Abdul Rahman kemudian dilantik sebagai penguasa Banggai yang baru dibawah pengaruh Ternate.

 

18). Tomundo Hi. Abdul Rahman (1901-1922),

• ASAL-USUL DAN PERISTIWA NYA :

  • 1902 – Sultan Muhammad Usman Syah naik tahta.
  • 1907 – Sultan Usman Syah melepaskan seluruh vasalnya di Sulawesi (kecuali Tagulandang di Kepulauan Sitaro) dan kekuasaannya di Sula dan Gane. Daerah-daerah ini kemudian diambil alih dan diperintah langsung oleh Hindia Belanda.
  • 1908 – Erupsi Gamalama. Memakan korban kurang dari 100 jiwa.
  • 1909 – Kesultanan Ternate, Tidore, dan Bacan menandatangani Korte Verklaring (Perjanjian Plakat Pendek) dengan Belanda, yang menyebabkan status ketiganya turun dari vasal menjadi swapraja dalam pemerintahan Hindia Belanda.
  • 1914 – Pemberontakan Jailolo. Residen Belanda di Jailolo tewas dibunuh rakyat Jailolo yang memberontak dan mengamuk akibat kebijakan kerja rodi pemerintah Hindia Belanda. Akibatnya, Belanda segera menangkap Sultan Muhammad Usman Syah yang dituduh ikut terlibat, kemudian mengasingkannya ke Bacan dan akhirnya ke Bandung. Pasukan KNIL Belanda lalu segera menumpas pemberontakan Jailolo. Tahta Kesultanan Ternate pun lowong dan kendali pemerintahannya diambil alih oleh Residen dan Jogugu,
  • 1922 – Tomundo Hi. Abdul Rahman meninggal. 

 

19). Tomundo Hi.Awaludin (1925-1940),

• ASAL-USUL DAN PERISTIWA NYA :

1927 – Sultan Iskandar Muhammad Jabir Syah naik tahta. Tahta Ternate pun kembali diduduki oleh seorang Sultan.

1939 – Perang Dunia II dimulai.

1940 – Tomundo Hi.Awaludin Meninggal.
20). Nurdin Daud (1940-1959).

 

• ASAL-USUL DAN PERISTIWA NYA :

1940 sampai 1959 – Terjadi Dualisme Kerajaan Banggai, Yaitu Kerajaan Banggai di Pulau Banggai dan Kerajaan Banggai di Kota Luwuk – Masa pemerintahan Raja Haji Syukuran Aminuddin Amir adalah sama dengan  Raja Banggai yang asli yaitu Nurdin Daud yang memerintah dari tahun 1942 sampai 1950.

 

DENGAN MELIHAT TIDAK ADANYA NAMA TEMPAT DIANTARA NUHON SAMPAI BUALEMO (BOALEMO) ATAU TANJUNG PATI-PATI, APAKAH KERAJAAN TOJO HARUS MELEPAS WILAYAH TERSEBUT, PADAHAL DARI JAMAN DAHULU WILAYAH KERAJAAN TOJO ITU ADALAH DARI PANDIRI (KORONTOMASA) SAMPAI TANJUNG PATI-PATI ATAU DARI SAUSU SAMPAI TANJUNG PATI-PATI (SUMBER : BUKU ” SEJARAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA, HASAN M.hum) ❗❗❗❗

 

 

 

PERLAWANAN DARI TOKOH-TOKOH MASYARAKAT DI WILAYAH KERAJAAN BANGGAI

 

 

 

Selain perlawanan yang dipimpin oleh raja-raja Banggai, terdapat pula kisah kepahlawan para ksatria yang berasal dari masyarakat yang dengan gagah menghadapi serangan para perajurit/perampok orang-orang Tobelo  yang sering datang menyerang daerah-daerah perkampungan masyarakat Banggai, kita pernah mendengar legenda tentang seorang Pangkeari Tomundo Kadupang, bernama Mata Timbaling, yang karena keberaniannya sukar ditandingi, ia harus dibunuh secara licik saat meneguk minuman (Abdul Barry,2016:10), atau tutur tentang Talenga Sendeng dari wilayah Tonuson, Talenga Laginda yang melawan Tobelo di wilayah Balantak sampai Totikum, yang konon tertangkap dan terbunuh disekitar wilayah Tanjung Pemali. Di Banggai darat ada kisah Talenga Banggi Tandos yang berjuluk Loinang Matangkas dari Kamumu-Keleke, Talenga Bongon dari wilayah Kilongan-Boyou yang legenda keberaniannya melawan Tobelo menjadi asal-usul nama lokasi Lumuan di Desa Biak (Djalumang,2012), dan kisah Talenga Unjok dari Batui yang sempat diragukan keinginannya bergabung dalam armada tempur yang berangkat ke Banggai, namun menjadi orang paling perkasa dimedan perang dalam menghadapi Tobelo. Serta cerita kesatria Banggai dari suku sama (bajo) Kalumbatan, seperti Talenga Mbo Mangatti dan Talenga Mbo Totto yang dengan gagahnya memimpin perang laut di wilayah perairan Banggai hingga Salabangka, menghadapi serangan Pakata-pakata/armada laut Tobelo (10 Nasir,2015:66), serta masih banyak lagi kisah perlawanan Talenga-talenga Lipu Banggai terhadap Tobelo, yang jelas cerita tentang perlawanan Mian Banggai  dari berbagai etnik (Banggai, Saluan, Balantak dan Sama) kepada Ternate dengan para prajurit Tobelonya, adalah kisah tentang pembelaan tanah air, kisah tentang upaya mempertahankan hidup dan memperjuangkan kehormatan negara (Kerajaan Banggai) dari penjajahan Ternate dan VOC Belanda, yang masih akan terus hidup dan menjadi pengantar tidur bagi anak-anak negeri Banggai sehingga mereka tidak akan mudah melupakan tragedi dari kisah kepahlawanan itu.

DARI SEJARAH DIATAS MAKA DIDAPAT BEBERAPA NAMA :

1. Pangkeari Tomundo Kadupang, bernama Mata Timbaling, Kadupang ialah nama suatu wilayah di Pulau Banggai,

2. Talenga Sendeng dari wilayah Tonuson, Talenga Laginda yang melawan Tobelo di wilayah Balantak sampai Totikum, 

– Tonuson adalah nama suatu wilayah di pulau banggai,

– Balantak adalah nama wilayah di pulau sulawesi bagian tenggara, dan

– Totikum adalah nama kecamatan di Kabupaten Banggai Kepulauan,

3. Talenga Banggi Tandos yang berjuluk Loinang Matangkas dari Kamumu-Keleke, Keleke adalah nama desa di Kecamatan Luwuk, Kabupaten banggai,

4. Talenga Bongon dari wilayah Kilongan-Boyou, Kilongan adalah kelurahan yang berada di kecamatan Luwuk Utara, Kabupaten Banggai,

5. lokasi Lumuan di Desa Biak, 

Desa Biak adalah pusat pemerintahan di Kecamatan Luwuk Utara, Kabupaten Banggai,

6. Talenga Unjok dari Batui, Batui adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Banggai, 

7. kesatria Banggai dari suku sama (bajo) Kalumbatan, seperti Talenga Mbo Mangatti dan Talenga Mbo Totto , Kalumbatan adalah Kalumbatan adalah desa di kecamatan Totikum, Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, dan

8. Mian Banggai  dari berbagai etnik (Banggai, Saluan, Balantak dan Sama), yang semuanya di Wilayah Banggai laut, banggai kepulauan, dan sulawesi bagian tenggara.

 

👑 DAN DI TAHUN 1892, BOALEMO DITULIS HINDIA BELANDA DENGAN STATUS LANDSCHAP BANGGAI TEN ONDERHORIGEN VAN TODJO

 

👑 DI SALAH SATU CATATAN HINDIA BELANDA TERTULIS, PADA HALAMAN 244 :
” 244
De tolk, die op verkenning was uitgezonden, berichtte
ons, dat liet eenzame huis aan het strand bewoond werd
door Deng Makarao, een hoofd van Kasimbar. Aangezien
dit geheel overeenkwam met de opgaven van den Heer
van Hoëvell, wisten we, dat we //terecht” waren. Deng
Makarao was evenwel naar Boalomo (in het landschap
Banggai ten O. van Todjo). Deng Mabité, een voornamer
hoofd, woonde evenwel in de kampong Kasimbar zelf.
.. De dialecten in de Bocht hebben een taaleigen gemeen
met het Boegineesch, n.1. dat zij geen gesloten llettergre­ ettergre￾pen toelaten. Toen ik aan eenen inwoner van Kasimbar
vroeg, hoe zijne kampong heette, (met het oog op de
laatste lettergreep), antwoordde hij: Ka-si-mba-ri. ”
.
.
ARTINYA :
” 244
Penerjemah, yang dikirim untuk pengintaian, melaporkan
kami, rumah sepi di pantai itu dihuni
oleh Deng Makarao, kepala Kasimbar. Sejak
ini sepenuhnya berhubungan dengan tugas-tugas Tuhan
van Hoëvell, kami tahu kami // benar “. Deng
Namun Makarao pergi ke Boalomo (di lanskap
Banggai ten O. of Todjo). Deng Mabite, keagungan
Namun, kepala suku itu tinggal di kampung Kasimbar itu sendiri.
.. Dialek-dialek di de Bocht memiliki kesamaan karakteristik bahasa
dengan Boegineesch, n.1. bahwa mereka tidak mengizinkan surat tertutup. Ketika saya bertemu dengan seorang penduduk Kasimbar
bertanya apa namanya kampung (dengan maksud untuk
suku kata terakhir), dia menjawab: Ka-si-mba-ri. ”

20200202_075646
.
.
.
👑 JADI YANG TERTULIS ADALAH :
” Deng
Makarao was evenwel naar Boalomo (in het landschap
Banggai ten O. van Todjo). ”
= BOALOMO (IN HET LANDSCHAP BANGGAI TEN ONDERHORIGEN VAN TODJO), KESIMPULANNYA YAITU PADA TAHUN 1892 BOALEMO DITULIS OLEH HINDIA BELANDA ADALAH TERMASUK LANDSCHAP BANGGAI TEN ONDERHORIGEN VAN TODJO❗❗❗❗

 

Jadi Dengan melihat perlawanan yang dipimpin oleh raja-raja Banggai dan Tokoh-tokoh Masyarakat di wilayah Kerajaan Banggai tersebut, masih juga kita tidak melihat nama-nama tempat di wilayah Nuhon sampai Bualemo (Boalemo) atau disebut juga Tanjung Pati-pati, sehingga Kerajaan Tojo melihat bahwa Kerajaan Banggai harus merasa perlu untuk mengkaji ulang batas wilayah Kerajaan Banggai bukan hanya menjadi penerus bekas wilayah Hindia Belanda, apalagi sewaktu tahun 1942 yang menjadi Raja Banggai di Kota Luwuk adalah Raja Palsu karena tanpa melalui Restu dari BASALO SANGKAP, MALU ATAU BANGGA ⁉️⁉️

JADI BAGAIMANA KERAJAAN BANGGAI ⁉️⁉️

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

REFERENSI :

 

 

– Luwuk Post edisi 11 Juli 2008,

– Babad Banggai yang disusun Machmud HK,

– Leonard Y. Andaya. 2015. Dunia Maluku. Indonesia Timur pada Zaman Modern Awal,

-‘Sejarah Tojo Una- Una’, Drs. Hasan, M.Hum,

-Koran Mingguan Suara Rakyat, Edisi VI Minggu ke-4 Agustus 2016 dan Edisi VII Minggu ke-2 September 2016,

– Kepulauan Rempah-rempah (Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950),

– Sepintas Kilas Sejarah Banggai,

-Dari Cerita Rakyat Tojo, dan

-Cerita Masyarakat Ampana Kota.

 

 

Tinggalkan komentar